Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Kemiskinan
Judul
"Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan" memberi petunjuk adanya
sesuatu yang intern, mungkin permasalahannya ialah adanya kontinuitas dan
perubahan, harmoni atau disharmoni. Tidak mustahil ketiga masalah ini akan
melihat masa lampau atau masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dan dapat
melibatkan perdebatan semantika.
Keperluan sekarang adalah pengetahuan ilmiah yang harus ditingkatkan karena pengetahuan, perbuatan, ilmu dan etika makin saling bertautan. Berulang kali harus diambil keputusan dalam menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yang berinteraksi, interelasi, interdependensi dan ramifikasi (percabangannya).
1.Ilmu Pengetahuan
Dikalangan
ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari
pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu
dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif.
Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena
bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, “bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat
merangsang budi”. Dan oleh Bacon
& David Home “pengetahuan
diartikan sebagai pengalaman indera dan batin”. Menurut Imanuel Kant “pengehuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman”. Dari
berbagai macam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumber pengetahuan berupa ide,
kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesis budi, atau meragukan
karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti.
Untuk
mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukan sikat yang
bersifat ilmiah. Sikap yang bersifat
ilmiah itu meliputi empat hal :
1) Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih.
2) Selektif.
3) Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah.
4) Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian.
Ilmu
pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebut generic meliputi segala
usaha penelitian dasar dan terapan serta pengembangan. Penelitian dasar
bertujuan utama menambah pengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan
adalah untuk menerapkan secara praktis pengetahuan ilmiah. Pengembangan diartikan sebagai pengguaan sistematis dari pengetahuan
yang diperoleh penelitian untuk keperluan produksi bahan-bahan, cipta rencana
sistem metode atau proses yang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi
atau engineeringnya (Bachtiar Rifai,
1975)
Dalam
menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut, perlu diperhatikan hambatan sosialnya. Bagaimana
konteksnya dengan terknologi, dan kemungkinan untuk mewujudkan suatu perpaduan
dan pertimbangan moral dan ilmiah. Sebab manusia tidak selalu sadar akan hal
ini, dan manusia yang paling sederhana pun hanya menerima informasi mengenai
kemungkinan yang dihasilkan oleh penelitian – peneliatian sebelumnya.
2. Teknologi`
Dalam konsep
yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan,
bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge),
dan teknologi sebagai suatu seni (state
of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi,
menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan
keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup
penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi
teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology
of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai
setiap tujuan insani." (Eugene
Staley, 1970)
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Rasionalitas,
artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan sosial
b) Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
c) Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis
d) Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
e) Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
f) Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
g) Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
b) Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
c) Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis
d) Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
e) Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
f) Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
g) Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi
yang berkembang dengan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia.
Luasnya bidang teknik digambarkan oleh Ellul
sebagai berikut :
1) Teknik
meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang
industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi
sentralisasi ekonomi.
2) Teknik meliputi bidang organisasional
seperti administrasi, pemerintahan, , hukum dan militer.
3) Teknik meliputi bidang manusiawi.
Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus
beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang
bebas dari pengaruh teknik.
Teknik-teknik
manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi
kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah begitu jauh
dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
·
Situasi
tertekan
·
Perubahan
ruang dan lingkungan manusia
·
Perubahan
waktu dan gerak manusia
·
Terbentuknya
suatu masyarakat massa
·
Teknik-teknik
manusiawi dalam arti ketat
Alvin Tofler (1970) mengumpakana teknologi itu sebagai
mesin yang besar atau sebuah akselarator (alat pemercepat) yang dahsyat, dan
ilmu pengetahuan sebagai bahan bakarnya. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan
secara kuantitatif dan kualtiatif, maka kiat meningkat pula proses akselerasi
yagn ditimbulkan oleh mesinpengubah, lebih-lebih teknologi mampu menghasilkan
teknologi yang lebih banyak dan lebih baik lagi. Eksplorasi mengenai kehidupan
masyarakat High Transience
menghasilkan ringkasan sebagai berikut :
a) Benda.
b) Tempat.
c) Manusia.
d) Organisasi.
e) Ide.
Akibat
kondisi yang dipaparkan tadi, dampak tenik itu sendiri bagi manusia sudah
dirasakan dan fenomenanya nampak. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan
dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka
nasional seperti kemiskinan.
Teknologi
tepat guna sering tidak berdaya menghadapi teknologi barat, yang sering masuk
dengan ditunggangi oleh segilintir orang atau kelompok yang bermodal besar.
Ciri-ciri teknologi barat tersebut adalah :
1. Serba Intensif dalam segala hal
2. Dalam struktur sosial, teknologi
barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan
3. Kosmologi atau pandangan teknologi
barat adalah menganggap dirinya sebagai yang lain, waktu berkaitan dengan
kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan
manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam
3.Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Nilai
Ilmu
pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini
besar kaitannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan,
yang ada pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pimikiran yaitu, yang menyatakan ilmu bebas dan nilai yang menyatakan ilmut tidak bebas nilai.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tumbuh pengetahuan yang disusunnya yaitu :
·
Komponen Ontologis kegiatannya adalah menafsirkan
hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein), melalui
desuksi-desuksi yang dapar diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari
nilai-nilai yang sifatnya dogmatik.
·
Komponen Epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral
pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Sikap moral implisit pada proses
tersebut. Asas moral yang terkait secara eksplisit yaitu kegiatan ilmiah harus
ditujukan kepada pencarian kebenaran dengan jujur tanpa menduhulukan
kepentingan kekuatan argumentasi pribadi
·
Komponen Aksiologis artinya lebih lengket dengan nilai
atau moral. Dimana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan
manusia. Ilmu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka
meningkatkan taraf hidup manusia, dengan memperhatikan dan mengutamakan kodrat
dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
Dalam hal
ini sikkap ilmuwan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1) Golongan yang
menyatakan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bersifat netral ialah baik
secara ontologis maupun aksiologis.
2) Golongan yang menyatakan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik
keilmuwan.
Upaya dalam
menjinakkan teknologi, diantaranya:
a) Mempertimbangkan atau kalau
perlu mengganti kriteria utama dalam menolak atau menerapkan satu inovasi
teknologi yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada
pertumbuhan ekonomi.
b) Pada tingkat
konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakan hasil kesepakatan
ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.
4. Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatan berada
dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan
hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. (Emil
Salim, 1982)Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki faktor produksi
sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan sebagainya
2. Tidak memiliki kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
3. Tingkat pendidikan mereka rendah
4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai
pekerja bebas, berusaha apa saja
5. Banyak yang hidup di kota berusia
muda dan tidak mempunyai keterampilan
Kemiskinan
menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur:
·
Kemiskinan yang di sebabkan handicap badaniah ataupun mental
seseorang
·
Kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam
·
Kemiskinan buatan
Kemiskinan
buatan ini, selain ditimbulkan oleh struktur ekonomi, politik, sosial dan kultur
juga dimanfaatkan oleh sikap "penenangan"
atau "nrimo", memandang
kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.